Jumat, 25 Desember 2015

Model Pembelajaran


Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu anak mencapai hasil belajar tertentu. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah:

1.      Model Pembelajaran Kelompok
Dalam model ini, anak melakukan kegiatan secara kelompok. Pada umumnya, guru membagi anak kedalam 3-4 kelompok, kemudian setiap kelompok melakukan kegiatan yang berbeda mengacu kepada kemampuan yang akan dicapai serta kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari itu sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya, anak akan mengikuti tiga atau empat kegiatan yang disediakan secara bergiliran.

2.      Model Pembelajaran Berdasarkan Minat.
Dalam model ini, anak melaksanakan kegiatan berdasarkan minat dan kemampuannya. Kegiatan dilakukan di pusat minat atau area yang terdapat di kelas. Setiap area akan menyajikan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan kemampuan dan kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Setiap anak bebas memilih area sesuai dengan minatnya dan kegiatan dapat berlangsung tanpa ada keharusan bagi anak untuk mengunjungi atau mengikuti kegiatan di semua area jika anak tidak berminat. Dikarenakan area yang terdapat di kelas bisa terdiri dari 8-10 area, maka model pembelajaran ini menawarkan kegiatan yang lebih variatif dan menarik untuk diikuti.

Metode Pembelajaran


Metode Pembelajaran

Metode  pembelajaran  adalah  cara  yang  dilakukan  guru untuk  membelajarkan  anak  agar  mencapai  kompetensi  yang  ditetapkan  Metode-metode  yang  bisa  digunakan  adalah:
1.      Metode Bercerita
Metode  bercerita  adalah  cara  bertutur  kata  dan  penyampaian  cerita  atau  memberikan penjelasan kepada anak secara lisan
2.      Metode Bercakap-cakap
Merupakan  kegiatan  bercakap-cakap  atau  bertanya  jawab  antara  anak  dengan  guru atau antara anak dengan anak lainnnya. Bercakap-cakap dilaksanakan dalam  bentuk: bercakap-cakap bebas, bercakap-cakap menurut tema dan bercakap-cakap  berdasarkan gambar seri
3.      Metode Tanya jawab
Metode  ini  dilaksanakan  dengan  cara  mengajukan  pertanyaan  kepada  anak.  Metode ini digunakan untuk:
ü  Mengetahui pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki anak.
ü  Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya
ü  Mendorong keberanian anak untuk mengemukakan pendapat.

4.      Metode Karya Wisata  
Metode Karya Wisata dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi objek-objek  yang sesuai dengan tema.
5.      Metode Demonstrasi
Metode  Demonstrasi  dilakukan  dengan  cara  mempertunjukkan  atau  memperagakan  suatu  cara  atau  suatu  keterampilan.  Tujuannya  agar  anak  memahami  dan  dapat  melakukannya  dengan  benar,  misalnya  mengupas  buah, memotong rumput, menggosok gigi, mencuci tangan danlain-lain.

6.      Metode Sosiodrama atau Bermain Peran
Metode  Sosiodrama  adalah  cara  memberikan  pengalaman kepada  anak  melalui  bermain  peran,  yakni  anak  diminta  memainkan  peran  tertentu  dalam  suatu  permainan  peran.  Misalnya  berperan  sebagai  tukang  sayur  dalam  kegiatan  berjualan.
7.      Metode Eksperimen
Metode  Eksperimen  adalah  cara  memberikan  pengalaman kepada  anak  dimana  anak  memberikan  perlakuan  terhadap  sesuatu  dan  mengamati  akibatnya.  Misalnya, meniup balon, dan mencampur warna.
8.      Metode Proyek
Metode  yang  memberikan  kesempatan  kepada  anak  untuk menggunakan  alam sekitar  dan  kegiatan  sehari-hari  sebagai  bahan  pembahasan  melalui  berbagai  kegiatan.  

Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran

1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang pertama dalam perencanaan pembelajaran.  Tujuan mengawali komponen  yang  lainnya. Mengapa tujuan perlu ditetapkan terlebih dahulu?, apakah  suatu kegiatan bisa tercapai apabila tidak jelas kemana arahnya?. Dalam merencanakan pembelajaran, tujuan harus jelas, karena dengan  tujuan  yang  jelas, guru dapat memproyeksikan hasil belajar yang harus dicapai  anak setelah ia belajar. Menurut Robert Mager, “Jika kita tidak memilki  gagasan yang jelas tentang tujuan apa yang harus dicapai oleh anak, maka kita tidak akan dapat membuat perencanaan yang baik untuknya” (Masitoh, 2005) .
Suatu perencanan pembelajaran harus dimulai dengan tujuan yang jelas. Tujuan pembelajaran dapat dijabarkan dari tujuan-tujuan di atasnya, yaitu sumbernya tujuan pendidikan, tujuan lembaga, contohnya  tujuan Taman Kanak-kanak,  tujuan  bidang  pengembangan  kalau di TK, tujuan umum, yang kemudian  dijabarkan kedalam tujuan yang lebih khusus yang biasa dikenal dengan TIK (Tujuan Instruksional Khusus). Tujuan pembelajaran khusus biasanya dirumuskan oleh guru.
Untuk Taman Kanak-kanak, tujuan pembelajaran khusus ini disebut kemampuan. Dikarenakan kemampuan atau tujuan khusus ini dirumuskan oleh guru, maka guru harus memahami bagaimana cara merumuskan kemampuan atau tujuan pembelajaran khusus. Rumusan tujuan khusus harus menggunakan kata kerja yang operasional, dapat diukur, dan harus dapat diamati. Contoh, menyebutkan, menunjukkan, meronce, menghitung, dan sebagainya.

2. Isi (materi pembelajaran)
Materi  pelajaran  pada  intinya  merupakan  pesan  yang  harus  disampaikan  kepada  siswa. Atau dengan kata lain disebut sebagai bahan belajar. Bahan yang akan diajarkan harus sesuai dengan tujuan  yang  akan  dicapai. Pembelajaran di TK tidak menyajikan bidang studi akan tetapi materi disajikan kedalam tema-tema belajar. Melalui tema akan memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada di lingkungan anak. Tema-tema yang disajikan dimulai dari hal-hal yang ada di lingkungan  anak dan telah dikenal anak. Contoh tema Aku, Keluargaku, Pakaian dsb.
Penyajian materi di Taman Kanak-kanak berpusat pada tema tetapi disajikan secara terpadu  dengan  mengintegrasikan  seluruh  aspek  perkembangan  anak  mencakup  perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi fisik dan motorik. Tema-tema tersebut telah  ditetapkan  dalam  kurikulum, tetapi guru boleh  saja memilih tema yang sesuai dengan kebutuhan, peristiwa yang terjadi di lingkungan anak atau hal-hal yang menarik minat anak.
a.  Pengertian Tema
Tema  merupakan  alat  atau  wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada  peserta didik secara  utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud  menyatukan  isi  kurikulum dalam satu  kesatuan  yang  utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih  bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
b.  Prinsip Penentuan Tema
Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
ü  Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan  kehidupan peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.
ü  Kesederhanaan, artinya  tema  hendaknya  dipilih  mulai  dari  tema-tema  yang  sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
ü  Kemenarikan,artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik  minat peserta didi kepada tema-tema yang kurang menarik.
ü  Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan setempat.
c. Langkah Penentuan Tema
Pada awal tahun pelajaran, TK menentukan tema yang akan dibahas dalam satu tahun sesuai dengan     situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam menentukan tema :
             1.      Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.
             2.      Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
             3.      Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai.
             4.      Memilih sub tema yang sesuai.
d. Tema yang digunakan di taman kanak-kanak
1.         Diri Sendiri
2.         Lingkunganku
3.         Kebutuhanku
4.         Binatang
5.         Tanaman
6.         Rekreasi
7.         Pekerjaan
8.         Air, Udara, dan Api
9.         Alat Komunikasi
10.     Tanah Airku
11.     Alam Semesta
Tema-tema di atas merupakan contoh dan dapat dibuat tema lain atau dikembangkan berdasarkan  kondisi daerah dan kemampuan masing-masing TK sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema, demikian  pula dalam penentuan perkiraan waktu untuk setiap tema. Selain tema-tema tersebut di atas,  apabila terjadi peristiwa  atau  kejadian  di  sekitar  anak  (Taman  Kanak-kanak)  pada  saat  pembelajaran  berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih  pada hari itu.

3. Kegiatan Pembelajaran (Kegiatan Belajar Mengajar)
Dalam merancang kegiatan pembelajaran guru harus mengidentifikasi apa yang akan  dipelajari  oleh  setiap  anak  dan  bagaimana  mempelajarinya.  Komponen  dalam  kegiatan  pembelajaran menggambarkan proyeksi kegiatan yang harus dilakukan anak dan kegiatan  apa yang dilakukan guru dalam memfasilitasi belajar anak.
Kegiatan  belajar  yang  dirancang  oleh  guru  harus  relevan  dengan  tujuan  atau  kemampuan  yang harus dicapai anak setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Rancangan kegiatan belajar  untuk anak Taman Kanak-Kanak harus sesuai dengan karakteristik kebutuhan anak, karakteristik belajaranak dan karakteristik perkembangan anak.
Dalam merancang kegiatan belajar, kegiatan harus dirumuskan secara jelas dan rinci.  Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkankegiatan belajar mengajar dapat  dicermati sebagai berikut:
  ü Kegiatan harus berorientasi pada tujuan atau untuk  Taman Kanak-Kanak harus bererorientasi pada kemampuan anak. Contoh: Kemampuan yang harus dicapai anak adalah, melalui praktik langsung bermain musik, anak dapat berekspresi dan berkreasi  secara bebas dan terarah. Kegiatan yang akan dilakukan anak adalah bermain musik dengan alat musik sederhana.
  ü  Kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada perkembangan.  Di Taman Kanak Kanak bukan hanya belajar, tetapi bagaimana anak berkembang dan belajar. Ketika anak belajar, aspek perkembangannya harus pula berkembang secara optimal.
  ü  Kegiatan pembelajaran harus berorientasi  pada  kegiatan  yang  integrated  yang  berpusat   pada  tema.  Contoh: dalam tema ramadhan kegiatan anak menyeluruh dimulai dari kegiatan membaca do’a,  bernyanyi, tanya jawab, praktik langsung membuat kolase, bermain bebas, bermain alat musik, menggambar, menggunting dan menempel.
  ü  Kegiatan pembelajaran  harus berorientasi  bermain  mungkin.  Bermain merupakan wahana belajar bagi anak. Hal ini dapat dipertimbangkan dalam menetapkan kegiatan  bermain, karena  bermain  untuk  anak  sangat bervariasi, seperti: bermain bebas, bermain kreatif, bermain soliter, bermain dalam kelompok, bermain di luar ruangan (out door playing), bermain di dalam ruangan (in door playing).
  ü Kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran yang berpusat pada anak karena dalam belajar sebenarnya anak membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi langsung dengan objek-objek nyata atau melalui pengalaman langsung (hands on experience)
  ü  Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan kegiatan yang menyenangkan karena kegiatan belajar bagi anak TK adalah belajar yang menyenangkan
  ü Walaupun penetapan kegiatan berorientasi pada anak, kegiatan harus memungkinkan bagaimana guru  dapat  membantu  anak  belajar. Contohnya: dalam eksplorasi,  komunikasi penyelidikan dan sebagainya.

Minggu, 11 Oktober 2015

Media Boneka


 Media Boneka
Boneka berasal dari Bahasa Portugis yaituboneca”. Mainan ini dapat berbentuk manusia dan hewan. Menurut Gunarti, W. dkk (2010 :5.19) bahwa: “boneka yang bisa dipakai dalam kegiatan bercerita yang dapat digunakan sebagai pemeran tokoh dalam cerita bisa berupa boneka tangan, boneka wayang dan boneka jari”.
a.    Boneka tangan
Gunarti (2010: 5.20) mengatakan bahwa : “ boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka”.  Jadi, definisi boneka tangan yaitu boneka yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran dengan ukuran tangan dan digerakkan oleh keseluruhan jari.
b.    Boneka wayang
Boneka wayang adalah boneka tiruan yang berbentuk manusia atau binatang yang terbuat dari kulit atau patahan kayu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat orang yang yang melihat atau mendengarnya.  Dalam Bahasa Jawa, kata wayang berarti “bayangan”. Jika ditinjau dari arti filsafatnya “wayang” dapat diartikan sebagai bayangan atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia, seperti angkara murka, kebajikan, keserakahan, dll. 
c.    Boneka jari
Boneka jari adalah jenis boneka tiruan yang berbentuk manusia atau binatang yang terbuat dari kain flannel warna-warni yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta minat anak yang dirancang sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar berlangsung menarik dan menyenangkan. Boneka jari ini terbuat dari kain flannel. Kain dibentuk sesuai dengan figure cerita. Satu narasi cerita dapat menggunakan 10 karakter boneka. Penyelesaian boneka dapat menggunakan teknik menjahit tusuk festoon. Adapun Manfaat dari penggunaan boneka Jari diantaranya adalah :
1)        Mengembangkan Bahasa anak
2)        Mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak
3)        Belajar bersosialisasi dan bergotong royong
4)        Melatih kemampuan motorik halus anak (keterampilan jari jemari anak).

Metode Bercerita


Metode Bercerita
1.    Definisi Metode Bercerita
            Metode bercerita merupakan metode yang banyak dipergunakan oleh guru di Taman kanak-kanak didalam pembelajaran.  Djohaeni (2009) mengatakan bahwa : “Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan.” Cerita yang dibawakan oleh guru secara lisan harus sesuai dengan tujuan pendidikan anak TK, menarik dan dapat mengundang perhatian anak (Muslichatoon R., (1996) dalam Djoehaeni: 2007).
2.    Teknik Bercerita
Teknik dalam menyampaikan cerita kepada anak terdiri dari beberapa jenis,menurut Djohaeni., dalam Masyitoh dkk., (2007)  teknik tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Membaca langsung dari buku cerita, dapat dilakukan apabila buku cerita yang digunakan sesuai dengan anak serta memperhatikan teknik membacanya (intonasi suara, lafal dan ekspresi wajah yang tepat).
b.    Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, dapat dipilih apabila cerita yang akan disampaikan pada anak terlalu panjang dan rinci. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan ceritanya. Gambar yang digunakan hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat oleh anak, berwarna serta menggambarkan jalan cerita yang disampaikan.
c.    Menceritakan  dongeng, dilakukan untuk meneruskan warisan budaya yang berupa nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng  dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan mengenal budaya leluhur kepada anak sekaligus menyerap pesan-pesan yang terdapat pada dongeng tersebut.
d.    Bercerita dengan menggunakan papan flannel, teknik ini digunakan untuk menekankan urutan cerita serta karakter tokoh cerita.  
e.    Bercerita dengan menggunakan boneka, pemilihan teknik ini tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka yang digunakan akan mewakili tokoh-tokoh cerita yang disampaikan. Tokoh yang diwakili oleh boneka tersebut dapat merupakan anggota keluarga maupun tokoh-tokoh satwa dalam sebuah fabel.
f.      Dramatisasi suatu cerita, adalah bercerita dengan memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal (Gordon., Browne., dalam Moeslichaton R., 1996).
g.    Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan, teknik ini menggunakan jari tangan guru sendiri dalam bercerita. Hal tersebut memungkinkan guru untuk menciptakan berbagai macam cerita sesuai dengan kreativitasnya. 
3.    Manfaat Bercerita
Bercerita memiliki  beberapa manfaat bagi anak, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam penggunaannya untuk pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Menurut Muslichatoen R ,: 1996 (dalam Djoehaeni : 2007)  Manfaat kegiatan bercerita dalam mencapai tujuan pendidikan di TK yaitu sebagai berikut :
a.    Mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungan  merupakan kegiatan yang mengasyikkan bagi anak .
b.    Menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
c.    Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
d.    Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
e.    Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor.
f.      Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK.
g.    Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
h.    Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam  layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
4.    Keunggulan dan kelemahan Metode Bercerita
Adapun keunggulan dan kelemahan  dalam metode bercerita menurut  Lia Gantini (2011)  adalah  sebagai berikut:   
a.    Keunggulan metode bercerita :
1)   Dapat  menjangkau jumlah anak yang relatif  lebih banyak.
2)   Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
3)   Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4)   Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5)   Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya
b.    Kelemahannya antara lain : 
1)   Anak  didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru.
2)   Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3)   Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4)   Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.
Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan metode bercerita diatas, maka guru perlu mencari solusi untuk melengkapi dari kelemahan metode bercerita tersebut. 
5.    Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Bercerita
   Kegiatan bercerita secara umum memiliki prosedur pelaksanaan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dikelas, adapaun prosedur pelaksanaan tersebut yaitu sebagai berikut:
a.    Menetapkan  tujuan  dan  tema cerita.
Tujuan  mengacu  kepada kemampuan  yang  diharapkan  dapat dicapai oleh anak melalui kegiatan bercerita,  kemudian  tema dipilih berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan serta pada berdasarkan pada kehidupan anak didalam keluarga, sekolah atau masyarakat.
b.     Menetapkan  bentuk  bercerita yang dipilih.
Bentuk-bentuk yang bisa dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi gambar, papan flannel, dsb. Hal ini akan menjadi dasar dalam menentukan alat dan bahan yang digunakan.
c.    Menetapkan   bahan  dan  alat  yang diperlukan.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sangat tergantung pada bentuk bercerita yang telah dipilih oleh guru . Misalnya, jika kegiatan bercerita dengan menggunakan boneka jari, maka bahan dan alat yang digunakan antara lain boneka jari yang sesuai dengan karakter-karakter yang ada didalam cerita. 
d.    Menetapkan  rancangan  langkah-langkah  kegiatan  bercerita.         
Rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita adalah urutan kegiatan yang akan dilakukan oleh guru pada saat kegiatan bererita berlangsung, adapun rancangan tersebut terdiri dari dua langkah sebagai berikut:
1)        Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, yaitu pemberian informasi tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih.
2)        Mengatur tempat duduk, hal ini dipengaruhi oleh pengorganisasian kelas yang dipilih, contoh : kegiatan bercerita pada kelompok besar membutuhkan tempat yang luas. Sedangkan untuk setting, guru dapat mengkondisikan anak dengan posisi duduk melingkar diatas karpet atau duduk dikursi dengan setengah lingkaran.