Minggu, 11 Oktober 2015

Metode Bercerita


Metode Bercerita
1.    Definisi Metode Bercerita
            Metode bercerita merupakan metode yang banyak dipergunakan oleh guru di Taman kanak-kanak didalam pembelajaran.  Djohaeni (2009) mengatakan bahwa : “Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan.” Cerita yang dibawakan oleh guru secara lisan harus sesuai dengan tujuan pendidikan anak TK, menarik dan dapat mengundang perhatian anak (Muslichatoon R., (1996) dalam Djoehaeni: 2007).
2.    Teknik Bercerita
Teknik dalam menyampaikan cerita kepada anak terdiri dari beberapa jenis,menurut Djohaeni., dalam Masyitoh dkk., (2007)  teknik tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Membaca langsung dari buku cerita, dapat dilakukan apabila buku cerita yang digunakan sesuai dengan anak serta memperhatikan teknik membacanya (intonasi suara, lafal dan ekspresi wajah yang tepat).
b.    Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, dapat dipilih apabila cerita yang akan disampaikan pada anak terlalu panjang dan rinci. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan ceritanya. Gambar yang digunakan hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat oleh anak, berwarna serta menggambarkan jalan cerita yang disampaikan.
c.    Menceritakan  dongeng, dilakukan untuk meneruskan warisan budaya yang berupa nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng  dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan mengenal budaya leluhur kepada anak sekaligus menyerap pesan-pesan yang terdapat pada dongeng tersebut.
d.    Bercerita dengan menggunakan papan flannel, teknik ini digunakan untuk menekankan urutan cerita serta karakter tokoh cerita.  
e.    Bercerita dengan menggunakan boneka, pemilihan teknik ini tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka yang digunakan akan mewakili tokoh-tokoh cerita yang disampaikan. Tokoh yang diwakili oleh boneka tersebut dapat merupakan anggota keluarga maupun tokoh-tokoh satwa dalam sebuah fabel.
f.      Dramatisasi suatu cerita, adalah bercerita dengan memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal (Gordon., Browne., dalam Moeslichaton R., 1996).
g.    Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan, teknik ini menggunakan jari tangan guru sendiri dalam bercerita. Hal tersebut memungkinkan guru untuk menciptakan berbagai macam cerita sesuai dengan kreativitasnya. 
3.    Manfaat Bercerita
Bercerita memiliki  beberapa manfaat bagi anak, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam penggunaannya untuk pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Menurut Muslichatoen R ,: 1996 (dalam Djoehaeni : 2007)  Manfaat kegiatan bercerita dalam mencapai tujuan pendidikan di TK yaitu sebagai berikut :
a.    Mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungan  merupakan kegiatan yang mengasyikkan bagi anak .
b.    Menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
c.    Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
d.    Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
e.    Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor.
f.      Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK.
g.    Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
h.    Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam  layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
4.    Keunggulan dan kelemahan Metode Bercerita
Adapun keunggulan dan kelemahan  dalam metode bercerita menurut  Lia Gantini (2011)  adalah  sebagai berikut:   
a.    Keunggulan metode bercerita :
1)   Dapat  menjangkau jumlah anak yang relatif  lebih banyak.
2)   Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
3)   Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4)   Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5)   Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya
b.    Kelemahannya antara lain : 
1)   Anak  didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru.
2)   Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3)   Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4)   Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.
Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan metode bercerita diatas, maka guru perlu mencari solusi untuk melengkapi dari kelemahan metode bercerita tersebut. 
5.    Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Bercerita
   Kegiatan bercerita secara umum memiliki prosedur pelaksanaan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dikelas, adapaun prosedur pelaksanaan tersebut yaitu sebagai berikut:
a.    Menetapkan  tujuan  dan  tema cerita.
Tujuan  mengacu  kepada kemampuan  yang  diharapkan  dapat dicapai oleh anak melalui kegiatan bercerita,  kemudian  tema dipilih berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan serta pada berdasarkan pada kehidupan anak didalam keluarga, sekolah atau masyarakat.
b.     Menetapkan  bentuk  bercerita yang dipilih.
Bentuk-bentuk yang bisa dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi gambar, papan flannel, dsb. Hal ini akan menjadi dasar dalam menentukan alat dan bahan yang digunakan.
c.    Menetapkan   bahan  dan  alat  yang diperlukan.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sangat tergantung pada bentuk bercerita yang telah dipilih oleh guru . Misalnya, jika kegiatan bercerita dengan menggunakan boneka jari, maka bahan dan alat yang digunakan antara lain boneka jari yang sesuai dengan karakter-karakter yang ada didalam cerita. 
d.    Menetapkan  rancangan  langkah-langkah  kegiatan  bercerita.         
Rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita adalah urutan kegiatan yang akan dilakukan oleh guru pada saat kegiatan bererita berlangsung, adapun rancangan tersebut terdiri dari dua langkah sebagai berikut:
1)        Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, yaitu pemberian informasi tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih.
2)        Mengatur tempat duduk, hal ini dipengaruhi oleh pengorganisasian kelas yang dipilih, contoh : kegiatan bercerita pada kelompok besar membutuhkan tempat yang luas. Sedangkan untuk setting, guru dapat mengkondisikan anak dengan posisi duduk melingkar diatas karpet atau duduk dikursi dengan setengah lingkaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar