Sabtu, 19 September 2015

Smart Play for Kids (Permainan yang meningkatkan keterampilan Matematika #2)


 Bowling Kaleng (Dimainkan oleh dua orang atau lebih )

-         Bahan-bahan :
1)        7 atau 10 buah Kaleng atau botol bekas yang kososng (agar lebih menarik, anda dapat menghiasnya terlebih dahulu dengan cat lalu diberi angka).
2)        Bola pantai atau bola kasti (tergantung bola yang dimiliki), jika anda tidak memiliki bola anda dapat membuat bola plastik sederhana dengan membuatnya dari kantong plastik atau koran yang diremas-remas membentuk bola.
-         Cara Bermain :
1)        Susun kaleng membentuk piramida seperti pada permainan Bowling.
2)        Ambil jarak sekitar 5 atau 10 langkah, dari tempat penyusunan kaleng (jarak dapat disesuaikan dengan kemampuan anak).
3)        Lalu, gelindingkan bola kearah kaleng sampai mengenai kaleng hingga jatuh.
4)        Setelah bola mengenai kaleng, ajak anak untuk bersama-sama menghitung berapa kaleng yang terjatuh. Dan susun kembali.
5)        Berikan bola pada pemain berikutnya.
-         Variasi :
1)        Request number : Permainan ini dapat divariasikan cara bermainnya dengan memberikan tantangan kepada anak yang sudah mahir untuk mengenai bola sesuai dengan angka yang diminta oleh teman sepermainannya.
2)        King of Counting: pada umumnya, anak-anak senang mendapatkan sebuah sebutan yang membanggakan. Nah, anda juga dapat memberikan sebutan bagi anak yang mampu menjumlahkan angka-angka yang dijatuhkannya dengan sebutan “Raja menghitung”, anak yang rajin menumpuk dengan sebutan “panglima penyusun”, dsb.
-         Manfaat :
1)        Melalui Permainan ini, anak belajar untuk melempar (motorik kasar) dengan mengkoordinasikan mata dan tangannya agar mengenai sasaran.
2)        Mengukur kekuatan, saat anak ingin melemparkan bolanya tepat sesuai sasaran, maka mereka dituntut untuk menyesuaikan seberapa besar tenaga yang diperlukan (kuat-sedang-sedikit).
3)        Kognitif, mengenal konsep bilangan serta penjumlahan dan pengurahan sederhana dari kaleng-kaleng yang sudah dijatuhkannya.
4)        Bahasa, anak belajar untuk mengerti aturan permainan melalui perintah yang diberikan.
5)        Sosial-emosional, saat mereka bekerjasama merapikan kembali kaleng yang jatuh mereka belajar untuk bersikap mandiri dan serta bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya.
Pada dasarnya, banyak lagi manfaat lainnya yang dapat digali dari permainan ini. Tergantung dari sudut pandang dan keilmuan yang sedang kita dalami. Well, selamat mencoba permainan sederhana ini bersama putra-putri tercinta anda baik disekolah maupun dirumah.
Salam hangat..
Sumber : permen 58, dan  Sher, Barbara (2009) Smart Play for kids. Jogjakarta: Book Marks

Permainan yang meningkatkan keterampilan Matematika


A.     Permainan yang meningkatkan keterampilan Matematika
1.      Umur 6 tahun kebawah
a.    Menghitung sedotan (Dimainkan satu atau dua orang)
-         Bahan-bahan :
1)        Gunting
2)        Sedotan
3)        Botol air plastik kosong 250 ml.
-         Cara Bermain :
1)        Potong sedotan sekitar 5cm (atau ukuran aman agar tidak tertelan anak)
2)        Buka tutup botol, lalu berikan contoh bagaimana cara memasukkannya yaitu satu persatu dan sambil dihitung berapa banyak sedotan yang sudah dimasukkan kedalam botol.
3)        Apabila anak sudah mahir, maka tingkat kesulitan dapat dinaikkan yaitu dengan cara memasang tutup botol lalu melubanginya seukuran sedotan. Sehingga anak membutuhkan kemampuan ekstra ketika akan memasukkan sedotan kedalam botol.  
-         Variasi :
Selain menggunakan sedotan, anda dapat memberikan variasi terhadap permainan ini dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitar anda diantaranya dengan kancing, cotton bud, stick es krim, dan benda lainnya namun tetap aman agar tidak ditelan oleh anak.   
-         Manfaat :
Manfaat dari permainan ini tnetunya melatih kemampuan kognitif anak pada konsep pengenalan bilangan, serta pengenalan awal dalam mengkoordinasikan mata dan tangan anak.  

Sumber : permen 58, dan  Sher, Barbara (2009) Smart Play for kids. Jogjakarta: Book Marks

Selasa, 15 September 2015

Pendidikan Anak Usia Dini di Kampung Naga



Pendidikan Anak Usia Dini di Kampung Naga

Saat kami berkunjung kampung naga dan tiba di kampung naga (setelah selesai menuruni anak tangga yang berkelok-kelok) hal yang menarik perhatian kami salah satunya adalah sekelompok orang yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang bermain bola bersama. Hal ini merupakan sesuatu yang jarang kami temukan di kota-kota besar. Mereka bermain bersama dan terlihat sangat menikmati permainan bola tersebut . Namun, kami perhatikan disini terdapat sedikit sekali anak-anak, terutama anak balita.
Sebagai bekal untuk observasi awal, kami melakukan wawancara dengan Pa Uron (RT di Kampung Naga). Menurut beliau, di Kampung Naga tidak terdapat sekolah PAUD atau TK, akan tetapi TK/ PAUD ada didaerah atas.  Rata-rata mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Ketika musim tanam, para kepala rumah tangga sibuk kesawah. Namun, ketika musim panen tiba, para ibu-ibu yang pergi kesawah untuk memanen dan bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita akan mengajak anak-anaknya pergi ke sawah. Sayangnya, saat kami berkunjung belum memasuki musim panen. Jadi, kami tidak dapat menyaksikan langsung apa saja kegiatan anak-anak selama ibunya memanen. Ada seorang anak(usianya sekitar 5 thn) yang kami amati kegiatannya dipagi hari, anak tersebut menemani ibunya membuat kerajinan dari bambu sambil bermain mobil-mobilan. Kebetulan anak tersebut sekolah PAUD pada siang hari yaitu pada pukul 13.00 s/d selesai.
Penasaran dengan kegiatan anak-anak lain yang berada di kampung Naga, kamipun berkeliling pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.30. Namun, kami tidak menemukan satupun anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional dsb. Ada 3-4 orang anak yang sedang berada di depan rumah masing-masing sedang bermain mobil-mobilan, motor-motoran(mainan pabrik). Lalu, bagaimana cara para orang tua di kampung naga mendidik anak-anak usia dini?
Menurut Pa Uron, untuk mendidik anak-anaknya terutama agar tetap menjaga kebudayaan disana para orang tuanya cukup menggunakan kata “Pamali” atau yang berarti tidak boleh untuk melarang anak-anaknya melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan atau yang menjadi pantangan dalam adat-istiadat. Kata-kata itu merupakan ”senjata” yang paling ampuh untuk mendisiplinkan anak-anaknya.
Masih menurut Pa Uron, berikut ini adalah bentuk Pendidikan anak yang dilakukan di kampung naga untuk menstimulasi perkembangan anak baik jasmani maupun rohainya :
1.      Nilai Agama dan Moral
Yaitu melalui Kegiatan- Kegiatan pembiasaan di rumah seperti pengajian malam bersama ibu atau rama (ayah) masing-masing, pengajian bersama dengan guru ngaji mulai umur 3 tahun keatas, sekolah agama mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.

2.      Kognitif
Dikarenakan  di dalam area kampung naga memang tidak ada sekolah, anak- anak harus berjalan menaiki 439 anak tangga baru bisa sampai ke sekolah.
Melalui sekolah agama dari kelas 1-6 SD, orangtua juga selalu mengajak anak- anak untuk ikut membantu pekerjaan mereka sepulang sekolah agar anak juga bisa melanjutkan kegiatan yang dilakukan oleh orangtua pada setiap harinya.

3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh warga kampung naga untuk berkomunikasi  sehari-hari adalah bahasa Sunda karena kampung ini terletak di daerah parahyangan Jawa Barat yang bahasa aslinya adalah bahasa Sunda.
Untuk mengajarkan bahasa pada anak, orang tua mengajarkan dengan sistem error-correct. Dimana ketika anak salah mengucapkan kata-kata orang tua langsung memberikan koreksi atau menyebutkan kata-kata yang benarnya.

4.      Fisik Motorik
Permainan tradisional merupakan salah satu alat terbaik untuk menstimulasi kemampuan fisik-motorik anak. Permainan tradisional yang berada dikampung naga diantaranya adalah 1). Gatrik, 2). Gampar, 3). Beklas , 4). Congklak  dan 5). Kasti. Dalam permainan tradisional ini, terdapat perbedaan permainan antara permainan anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak perempuan cenderung bermain permainan yang banyak melatih kemampuan motorik halus, seperti congklak dan beklas sedangkan anak laki-laki cenderung bermain permainan yang melatih kemampuan motorik kasar  seperti gatrik, gampar, dan kasti.

5.      Sosial- Emosional
Anak- anak warga kampung adat kampung naga sudah terbiasa dengan kehadiran/ kedatangan orang baru kedalam area kampung, dan mereka dapat bersosialisasi dengan baik saat bertemu dengan orang baru.
Berdasarkan data diatas, kami menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini dikampung naga sudah cukup baik.  Namun, akan lebih baik lagi jika terdapat penyuluhan yang diberikan kepada para orangtua disana dalam mengembangkan seluruh aspek yang sedang berkembang pesat pada anak usia dini agar pertumbuhan anak-anak menjadi lebih optimal.

catatan diatas merupakan hasil observasi antara saya dan dua orang kawan saya yaitu Uthe dan Fransisca. Semoga suatu saat nanti kami dapat mengunjungi daerah lain. Aamiin. Akhir kata, semoga catatan kami diatas dapat memberikan manfaat untuk Anda para pembaca. 

Model Pembelajaran Musik yang Menyenangkan Bagi Anak Usia Dini


Model Pembelajaran Musik yang Menyenangkan Bagi Anak Usia Dini

By : Lely  Kurniawati, M.Pd, M.Mus


1.   Musik materi utama
Ø  Gerak
Ø  Bunyi
Ø  Gambar
Ø  Bahasa

2.   Materi pembelajaran , dalam memberikan materi pembelajaran dalam bermain musik kita dapat menggunakan beberapa sumber bunyi diantaranya adalah :
Ø  Anggota tubuh : kita dapat mengeksplorasi anggota tubuh (kita maupun anak) untuk dijadikan alat dalam bermain musik. Misalnya : kita dapat menggunakan tangan, kaki, bahkan mulut. Melalui tangan kita dapat menggunakan berbagai macam suara dengan berbagai macam suara tepuk tangan.
Ø  Alam sekitar : misalnya suara angin, air mancur, dsb.
Ø  Alat musik konvensional : untuk menciptakan sebuah suara musik yang indah dan beragam, kita tidak perlu menggunakan alat musik yang mahal (seperti : piano dsb) namun kita dapat menggunakan alat musik sederhana seperti Jimbe atau Kendang dengan berbagai macam cara dalam memainkannya, maka akan tercipta sebuah musik yang beraneka aragam. Dan alat musik ini juga dapat digunakan dalam mengiringi pembacaan cerita untuk anak.

3.   Lagu :
Sebuah ruangan adalah alat musik
Kita mainkan dengan riang gembira
Dengarkan suara tepuk prok prok prok…
Prok prok prok… prok prok prok prok prok
Itu musik yang membuat kita senang.

Pengelolaan Lingkungan Belajar untuk Anak Usia Dini


Pengelolaan Lingkungan Belajar
untuk Anak Usia Dini
By : Rita Mariyana, M.Pd
1.      Kekhasan pembelajaran anak usia dini :
ü  Pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya belajar (Nana Sudjana, 1987).
ü  Didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan anak.
ü  Hands on experience

2.      Pentingnya penyediaan lingkungan belajar yang kondusif  bagi anak :
Karena hal ini merupakan faktor penentu dalam keberhasilan dalam mencapai tujuan.

3.      Definisi istilah pengelolaan lingkungan belajar :
ü  Definisi pengelolaan :
ü  Definisi lingkungan :
ü  Definisi belajar :
4.      Jenis lingkungan belajar  :
ü  Fisik : meliputi material, dsb.
ü  Non Fisik : meliputi hal-hal yang menyakut kondisi yang akan mempengaruhi kondisi psikis anak (yang berkaitan dengan ruh-nya).
5.      Prinsip umum penataan ruangan
ü  Arah ruangan
ü  Ukuran ruangan
ü  Lantai ruangan
ü  Atap dan langit-langit ruangan
ü  Penataan  dinding ruangan. 
6.      Jenis ruangan
ü  Area lingkungan belajar Indoor
Ø  Area bahasa, seni, dsb.
Ø  Tempat penyimpanan alat pendidikan edukatif (APE)
ü  Area lingkungan belajar Outdoor
Ø  Perosotan, ayunan, dsb.
Ø  Adapun prinsip umum dalam penataan outdoor diantaranya adalah memenuhi standar keamanan.

Professional Teacher


Professional Teacher
By:  Ali Nugraha, M.Pd

1.   Beberapa  hal untuk Guru PAUD harapan adalah :
ü  Guru yang menguasai hakikat anak usia dini (guru harus paham mengenai : otak anak, kecerdasan/dimensi-dimensi yang ada didalam otak anak, multipple intelegence. Cara kerja otak AMS/ Automatic memories system).
ü  Startegi stimulasi, yaitu melalui bermain.
ü  Program dan desain (merancang pembelajaran = merancang perilaku anak).

2.   Guru PAUD bermutu diantaranya adalah harus memiliki kompetensi standard, yaitu :
ü  Kompetensi pedagogik
ü  Kompetensi kepribadian
3.   The twelve characteristics of effective early childhood teachers :
ü  Passion about young children
ü  Perseverance
ü  Rick- Taking
ü  Pragmatism
ü  Pattence
ü  Flexibility
ü  Respect
ü  Creativity
ü  Authenticity
ü  Love of learning
ü  High energy (memiliki energi yang cukup)
ü  Sence of humor
4.   Issue mutu PAUD global
ü  Safety and healthy
ü  Play and explore
ü  Size
5.   Kesimpulan kinerja guru
ü  Porposfullness (pendidik penuh tujuan, orientasi kelas).
ü  Responsibility
ü  Border lines
ü  Flexibility
ü  Antusiasm (selalu semangat)
ü  Services
ü  Integrity
ü  O2 => objective
ü  Normative
ü  Assertivenes
ü  Love (pendidik memiliki kasih sayang terutama kepada anak, juga terhadap kolega dan sesama)