Resume
Jurnal
Model
Pendidikan Berwawasan Kebangsaan
Bagi
Anak Usia Dini Sebagai
Sarana Integrasi Bangsa
PAUD merupakan salah satu hal terpenting dalam
membangun masa depan seseorang, karena keberhasilan dalam PAUD akan berdampak
pada kemajuan sebuah bangsa. Pada usia ini struktur dan fungsi otaknya sedang
berkembang dan pengaruhnya bersifat menetap terhadap perkembangan perilaku dan
kepribadian anak selanjutnya. Sehingga mereka sangat tepat jika dijadikan
komunitas awal pembentukan karakter bangsa.
Pendidikan
berwawasan kebangsaan pada Anak Usia
Dini (AUD) diharapkan dapat mempersiapkan mereka menjadi seseorang yang
mempunyai identitas baik didalam masyarakat lokal maupun global, dan mempunyai
visi untuk membangun dunia bersama dalam budaya global. Salah satu cara agar
anak dapat menerima materi pelajaran (untuk TK materi pelajaran menggunakan
tema), adalah melalui permainan. Permainan tersebut diantaranya adalah
permainan tradisional. Didalam permainan tradisional, kita dapat mengembangkan
rasa kebersamaan, gotong royong, mengurangi rasa egois, dsb. Namun, saat ini
tantangannya adalah alat permainan dan tokoh-tokoh pahlawan dari negara lain
yang banyak mempengaruhi anak.
Para pengelola PAUD di Indonesia banyak yang
mengadopsi sistem kegiatan bermain dari luar negeri dan menerapkannya sama
persis di PAUD-nya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu PAUD. Maka dari itu,
penelitian ini dilakukan untuk memberikan penyadaran wawasan kebangsaan melalui
kegiatan bermain dan integrasi unsur-unsur budaya Indonesia dalam kegiatan
serta alat permainan edukatif yang digunakan.
Hubungan antara bentuk permainan atau kegiatan dengan aspek yang
dikembangkan menurut Sugianto (1995),, antara lain sebagai berikut:
1. Permainan
untuk perkembangan persepsi-motor (seperti lateralisasi, koordinasi mata dan
tangan) antara: musik, ritme lari, lompat, manipulasi benda, dan bermain drama.
2. Permainan
spasial (posisi, pengukuran, jarak) antara lain: balok, mengecat, kegiatan
motorik, dan menggabungkan keping.
3. Permainan
latar bentuk (figure-ground), visual, auditif, taktil seperti menyusun puzzle,
mengecat, musik, dan lukisan.
4. Permainan
untuk perkembangan kemampuan memahami elemen/bagian dari keseluruhan dan sebaliknya
(whole-part), seperti memisah dan menyatukan kembali.
5. Perminan
klasifikasi (mengelompokkan berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lain),
seperti memilih dan memadamkan.
6. Mengurutkan
(sequence), yaitu seriasi, menduga urutan dalam ukuran, warna, bentuk, dan
lain-lain.
7. Permainan
untuk perkembangan, kesadaran akan tanda (clue awareness), dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah, misalnya kegiatan mencari apa yang tersembunyi atau
menyatukan benda-benda.
Pendidikan berwawasan kebangsaan sebagai sarana
integrasi bangsa adalah rasa kesatuan
yang tumbuh dalam hati sekelompok manusia berdasarkan cita-cita yang sama dalam
satu ikatan organisasi kenegaraan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah proses
untuk menuju terwujudnya nasionalisme Indonesia. Pendidikan berwawasan
kebangsaan pada anak usia dini dikhususkan untuk anak-anak TK di kawasan
pesisir pantai dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu :
1. Taman
kanak-kanak termasuk anak-anak usia 4 – 6 tahun yang memiliki kemampuan
memahami pengetahuan yang kompleks
2. Kawasan
pesisir dipilih karena karakteristik negara-bangsa Indonesia adalah negara
kepulauan yang dikelilingi oleh laut.
Dan
berikut ini merupakan pemaparan beberapa
pertimbangan Pendidikan Wawasan Kebangsaan diberikan pada Anak Usia Dini yaitu
:
1. Usia
dini merupakan “masa keemasan” dalam pengembangan seluruh potensi yang dimiliki
seorang anak.
2. Dunia
anak adalah dunia bermain. Bermain untuk anak sesungguhnya sebuah proses
belajar.
3. Amanat
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (pasal 3).
4. Amanat
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab III, Pasal
50(LPA, 2006).
Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan dalam
pembelajaran di TK ini menggunakan pendekatan tematik karena mengacu pada model
pembelajaran di TK yang bersifat tematik. Tema merupakan pusat pembelajaran
dan alat/sarana atau wadah untuk
mengenalkan berbagai konsep kepada anak-anak. Tema diberikan dengan tujuan (1)
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan (2) jika
pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, pemilihan tema dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya dikembangkan melalui hal-hal yang paling dekat dengan
anak, sederhana, serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas (Kurikulum TK dan RA,
2004: 9).
Ki Hajar Dewantara (2009) mengatakan bahwa pelajaran
kebangsaan yang memang kodrati pada taman anak harus mengajarkan: a) permainan
dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari (pemeliharaan badan secara ritmis),
b) nyanyian-nyanyian daerah, menggambar corak dan warna, ketrampilan (menganyam,
merangkai bunga) dengan menggunakan bahan-bahan lokal, misal: daun pisang,
janur, dan lain-lain. Sebagai latihan untuk kesempurnaan panca indera
dihubungkan dengan rasa; c) ceritera yang berwujud dongeng (ceritera daerah)
yang dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu, d) pelajaran mengenal
keadaan tempat kelilingnya si anak untuk mempersiapkan pengetahuan IPA, IPS dan
Ilmu Kenegaraan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, perlu adanya
buku panduan dan penuntun alat permainan yang mempermudah dan membantu guru dalam
menyampaikan nilai-nilai kebangsaan kepada anak TK.
Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap
melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Persiapan;
2. Studi
pendahuluan atau survey;
3. Penyusunan
instrumen penelitian;
4. Pelatihan
teknisi survey;
5. Penjaringan
dan identifikasi tempat-tempat pengasuhan/penitipan AUD;
6. Diskusi
dengan para pakar tentang AUD dan alat permainan AUD ;
7. Membuat
alat permainan, disesuaikan dengan budaya setempat; serta
8. Menyusun
panduan, tentang penggunaan alat permainan.
Sekolah yang menjadi mitra dalam penelitian ini
adalah 14 TK di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan rincian: 5 TK di
Kabupaten Kulonprogo, 4 TK di Kabupaten Bantul dan 5 TK di Kabupaten
Gunungkidul. Hasil penelitian pengembangan di tahun pertama ialah: (1) desain pembelajaran
tematik integratif dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH) di TK, (2) panduan
pembelajaran tematik integratif, dan (3) sumber/alat pembelajaran tematik integratif.
Berdasarkan
penelitian awal di lapangan (di 14 TK), diperoleh
hasil sebagai berikut: a) kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran di TK
selama ini, sebagian besar menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Hanya satu sekolah yang telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP); b) sebagian besar guru mengeluhkan keterbatasan alat permainan di
sekolah masing-masing; c) guru menyadari bahwa potensi lokal yang berupa bahan-bahan
alam di daerah pesisir belum banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran; d) materi
yang selama ini disampaikan mengacu pada kurikulum yang ada; serta e) materi
yang terkait dengan wawasan kebangsaan hanya ada dalam tema “Tanah Airku”.
Masukan
reviewer ahli konten wawasan kebangsaan:
a) perlu dipertajam perbedaan konsep wawasan kebangsaan dengan nasionalisme, b)
adanya keterwakilan sekolah-sekolah TK yang menggambarkan kebhinekaan dalam
agama, c) perlu penentuan konsep (nilai-nilai) wawasan kebangsaan yang sesuai
dengan anak usia dini, d) perlu pertimbangan yang tepat mengenai penanaman
wawasan kebangsaan, karena belum ada penelitian tentang wawasan kebangsaan bagi
anak usia dini.
Masukan
reviewer ahli pendidikan Anak Usia Dini dan ahli media/alat permainan Anak Usia
Dini: a) beberapa tema dan subtema masih
terlalu abstrak, b) Alat permainan hanyalah sebagai sarana penanaman nilai,
bukan tujuan, c) nilai kebangsaan yang ditanamkan, belum nampak di dalam aspek
perkembangan anak, d) beberapa bagian dalam draft desain pembelajaran belum ada
sinkronisasi antara indikator kegiatan dengan aspek perkembangan anak.
Dari simulasi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru-guru diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: a) penguasaan materi tentang
wawasan kebangsaan masih kurang, b) pembuatan alat peraga masih terlalu sederhana
(kurang variatif: bendera terlalu banyak digunakan sebagai alat peraga), c)
pemanfaatan bahan-bahan lokal masih kurang, d) belum ada kesinambungan antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan yanga lain dalam payung tema, e) kegiatan
kurang bervariasi, f) seluruh potensi perkembangan anak belum dikembangkan
secara optimal (masih terfokus pada beberapa perkembangan saja), serta g) aspek
yang dinilai dalam perkembangan anak didik belum disampaikan. Ahli konten dan
media/alat permainan Anak Usia Dini memberikan tanggapan yang positif terhadap
penelitian pengembangan ini, karena merupakan rintisan bagi pengembangan civics
education (pendidikan kewarganegaraan) bagi Anak Usia Dini.
Berdasarkan
hasil analisis di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik terkait
dengan model pendidikan berwawasan kebangsaan pada anak usia dini berikut ini :
1. Pendidikan
berwawasan kebangsaan tidak atau belum diajarkan di TK yang menjadi mitra
penelitian ini. Mereka baru mengajarkan sebatas tema “Tanah Airku”.
2. Alat
permainan yang dikembangkan dari bahan yang berasal dari lingkungan sekitar dan
potensi lokal belum secara optimal dimanfaatkan.
3. Tema
tanah air yang selama ini disampaikan belum menyentuh konsep-konsep tentang
wawasan kebangsaan.
4. Perlu
tema-tema yang menarik terkait dengan konsep-konsep wawasan nusantara sebagai
wawasan kebangsaan diberikan kepada anak TK.
5. Keluaran
dari penelitian ini adalah Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Tematik
Integratif dalam SKH Bagi Anak Usia Dini (TK) sebagai Sarana Integrasi Bangsa
yang terjabar dalam: a) Desain Pembelajaran Tematik Integratif dalam SKH,b)
Panduan Pembelajaran Tematik Integratif, dan c) Sumber/Alat Pembelajaran
Tematik Integratif dengan memanfaatkan potensi/bahan lokal. Ketiganya telah
direview dan divalidasi oleh ahli materi (substansi) tentang AUD dan ahli media
pembelajaran terhadap Alat Permainan AUD. Model tersebut siap didiseminasikan
dan diujicobakan pada penelitian tahun selanjutnya dengan khalayak sasaran yang
lebih luas. Penelitian tahun pertama telah mendapat sertifikat penilaian dari
Lembaga Penelitian dengan hasil amat baik (A).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar