Selasa, 15 September 2015

Resume Jurnal


Resume Jurnal
Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan
Bagi Anak Usia Dini Sebagai Sarana Integrasi Bangsa

PAUD merupakan salah satu hal terpenting dalam membangun masa depan seseorang, karena keberhasilan dalam PAUD akan berdampak pada kemajuan sebuah bangsa. Pada usia ini struktur dan fungsi otaknya sedang berkembang dan pengaruhnya bersifat menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya. Sehingga mereka sangat tepat jika dijadikan komunitas awal pembentukan karakter bangsa.
Pendidikan berwawasan kebangsaan  pada Anak Usia Dini (AUD) diharapkan dapat mempersiapkan mereka menjadi seseorang yang mempunyai identitas baik didalam masyarakat lokal maupun global, dan mempunyai visi untuk membangun dunia bersama dalam budaya global. Salah satu cara agar anak dapat menerima materi pelajaran (untuk TK materi pelajaran menggunakan tema), adalah melalui permainan. Permainan tersebut diantaranya adalah permainan tradisional. Didalam permainan tradisional, kita dapat mengembangkan rasa kebersamaan, gotong royong, mengurangi rasa egois, dsb. Namun, saat ini tantangannya adalah alat permainan dan tokoh-tokoh pahlawan dari negara lain yang banyak mempengaruhi anak.
Para pengelola PAUD di Indonesia banyak yang mengadopsi sistem kegiatan bermain dari luar negeri dan menerapkannya sama persis di PAUD-nya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu PAUD. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan penyadaran wawasan kebangsaan melalui kegiatan bermain dan integrasi unsur-unsur budaya Indonesia dalam kegiatan serta alat permainan edukatif yang digunakan.  Hubungan antara bentuk permainan atau kegiatan dengan aspek yang dikembangkan menurut Sugianto (1995),, antara lain sebagai berikut:
1.      Permainan untuk perkembangan persepsi-motor (seperti lateralisasi, koordinasi mata dan tangan) antara: musik, ritme lari, lompat, manipulasi benda, dan bermain drama.
2.      Permainan spasial (posisi, pengukuran, jarak) antara lain: balok, mengecat, kegiatan motorik, dan menggabungkan keping.
3.      Permainan latar bentuk (figure-ground), visual, auditif, taktil seperti menyusun puzzle, mengecat, musik, dan lukisan.
4.      Permainan untuk perkembangan kemampuan memahami elemen/bagian dari keseluruhan dan sebaliknya (whole-part), seperti memisah dan menyatukan kembali.
5.      Perminan klasifikasi (mengelompokkan berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lain), seperti memilih dan memadamkan.
6.      Mengurutkan (sequence), yaitu seriasi, menduga urutan dalam ukuran, warna, bentuk, dan lain-lain.
7.      Permainan untuk perkembangan, kesadaran akan tanda (clue awareness), dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, misalnya kegiatan mencari apa yang tersembunyi atau menyatukan benda-benda.
Pendidikan berwawasan kebangsaan sebagai sarana integrasi bangsa adalah  rasa kesatuan yang tumbuh dalam hati sekelompok manusia berdasarkan cita-cita yang sama dalam satu ikatan organisasi kenegaraan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah proses untuk menuju terwujudnya nasionalisme Indonesia. Pendidikan berwawasan kebangsaan pada anak usia dini dikhususkan untuk anak-anak TK di kawasan pesisir pantai dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu : 
1.      Taman kanak-kanak termasuk anak-anak usia 4 – 6 tahun yang memiliki kemampuan memahami pengetahuan yang kompleks
2.      Kawasan pesisir dipilih karena karakteristik negara-bangsa Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut.
Dan berikut ini merupakan pemaparan  beberapa pertimbangan Pendidikan Wawasan Kebangsaan diberikan pada Anak Usia Dini yaitu :
1.      Usia dini merupakan “masa keemasan” dalam pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak.
2.      Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain untuk anak sesungguhnya sebuah proses belajar.
3.      Amanat Undang-Undang No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 3).
4.      Amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab III, Pasal 50(LPA, 2006).
Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan dalam pembelajaran di TK ini menggunakan pendekatan tematik karena mengacu pada model pembelajaran di TK yang bersifat tematik. Tema merupakan pusat pembelajaran dan  alat/sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak-anak. Tema diberikan dengan tujuan (1) menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan (2) jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan melalui hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas (Kurikulum TK dan RA, 2004: 9).
Ki Hajar Dewantara (2009) mengatakan bahwa pelajaran kebangsaan yang memang kodrati pada taman anak harus mengajarkan: a) permainan dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari (pemeliharaan badan secara ritmis), b) nyanyian-nyanyian daerah, menggambar corak dan warna, ketrampilan (menganyam, merangkai bunga) dengan menggunakan bahan-bahan lokal, misal: daun pisang, janur, dan lain-lain. Sebagai latihan untuk kesempurnaan panca indera dihubungkan dengan rasa; c) ceritera yang berwujud dongeng (ceritera daerah) yang dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu, d) pelajaran mengenal keadaan tempat kelilingnya si anak untuk mempersiapkan pengetahuan IPA, IPS dan Ilmu Kenegaraan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, perlu adanya buku panduan dan penuntun alat permainan yang mempermudah dan membantu guru dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan kepada anak TK.
Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah  berikut ini:
1.      Persiapan;
2.      Studi pendahuluan atau survey;
3.      Penyusunan instrumen penelitian;
4.      Pelatihan teknisi survey;
5.      Penjaringan dan identifikasi tempat-tempat pengasuhan/penitipan AUD;
6.      Diskusi dengan para pakar tentang AUD dan alat permainan AUD ;
7.      Membuat alat permainan, disesuaikan dengan budaya setempat; serta
8.      Menyusun panduan, tentang penggunaan alat permainan.
Sekolah yang menjadi mitra dalam penelitian ini adalah 14 TK di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan rincian: 5 TK di Kabupaten Kulonprogo, 4 TK di Kabupaten Bantul dan 5 TK di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian pengembangan di tahun pertama ialah: (1) desain pembelajaran tematik integratif dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH) di TK, (2) panduan pembelajaran tematik integratif, dan (3) sumber/alat pembelajaran tematik integratif.
Berdasarkan penelitian awal di lapangan (di 14 TK), diperoleh hasil sebagai berikut: a) kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran di TK selama ini, sebagian besar menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hanya satu sekolah yang telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); b) sebagian besar guru mengeluhkan keterbatasan alat permainan di sekolah masing-masing; c) guru menyadari bahwa potensi lokal yang berupa bahan-bahan alam di daerah pesisir belum banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran; d) materi yang selama ini disampaikan mengacu pada kurikulum yang ada; serta e) materi yang terkait dengan wawasan kebangsaan hanya ada dalam tema “Tanah Airku”.
Masukan reviewer ahli konten wawasan kebangsaan: a) perlu dipertajam perbedaan konsep wawasan kebangsaan dengan nasionalisme, b) adanya keterwakilan sekolah-sekolah TK yang menggambarkan kebhinekaan dalam agama, c) perlu penentuan konsep (nilai-nilai) wawasan kebangsaan yang sesuai dengan anak usia dini, d) perlu pertimbangan yang tepat mengenai penanaman wawasan kebangsaan, karena belum ada penelitian tentang wawasan kebangsaan bagi anak usia dini.
Masukan reviewer ahli pendidikan Anak Usia Dini dan ahli media/alat permainan Anak Usia Dini: a) beberapa tema dan subtema masih terlalu abstrak, b) Alat permainan hanyalah sebagai sarana penanaman nilai, bukan tujuan, c) nilai kebangsaan yang ditanamkan, belum nampak di dalam aspek perkembangan anak, d) beberapa bagian dalam draft desain pembelajaran belum ada sinkronisasi antara indikator kegiatan dengan aspek perkembangan anak.
Dari simulasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: a) penguasaan materi tentang wawasan kebangsaan masih kurang, b) pembuatan alat peraga masih terlalu sederhana (kurang variatif: bendera terlalu banyak digunakan sebagai alat peraga), c) pemanfaatan bahan-bahan lokal masih kurang, d) belum ada kesinambungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yanga lain dalam payung tema, e) kegiatan kurang bervariasi, f) seluruh potensi perkembangan anak belum dikembangkan secara optimal (masih terfokus pada beberapa perkembangan saja), serta g) aspek yang dinilai dalam perkembangan anak didik belum disampaikan. Ahli konten dan media/alat permainan Anak Usia Dini memberikan tanggapan yang positif terhadap penelitian pengembangan ini, karena merupakan rintisan bagi pengembangan civics education (pendidikan kewarganegaraan) bagi Anak Usia Dini.
Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik terkait dengan model pendidikan berwawasan kebangsaan pada anak usia dini berikut ini :
1.      Pendidikan berwawasan kebangsaan tidak atau belum diajarkan di TK yang menjadi mitra penelitian ini. Mereka baru mengajarkan sebatas tema “Tanah Airku”.
2.      Alat permainan yang dikembangkan dari bahan yang berasal dari lingkungan sekitar dan potensi lokal belum secara optimal dimanfaatkan.
3.      Tema tanah air yang selama ini disampaikan belum menyentuh konsep-konsep tentang wawasan kebangsaan.
4.      Perlu tema-tema yang menarik terkait dengan konsep-konsep wawasan nusantara sebagai wawasan kebangsaan diberikan kepada anak TK.
5.      Keluaran dari penelitian ini adalah Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Tematik Integratif dalam SKH Bagi Anak Usia Dini (TK) sebagai Sarana Integrasi Bangsa yang terjabar dalam: a) Desain Pembelajaran Tematik Integratif dalam SKH,b) Panduan Pembelajaran Tematik Integratif, dan c) Sumber/Alat Pembelajaran Tematik Integratif dengan memanfaatkan potensi/bahan lokal. Ketiganya telah direview dan divalidasi oleh ahli materi (substansi) tentang AUD dan ahli media pembelajaran terhadap Alat Permainan AUD. Model tersebut siap didiseminasikan dan diujicobakan pada penelitian tahun selanjutnya dengan khalayak sasaran yang lebih luas. Penelitian tahun pertama telah mendapat sertifikat penilaian dari Lembaga Penelitian dengan hasil amat baik (A).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar