Pendidikan Anak
Usia Dini di Kampung Naga
Saat
kami berkunjung kampung naga dan tiba di kampung naga (setelah selesai menuruni
anak tangga yang berkelok-kelok) hal yang menarik perhatian kami salah satunya
adalah sekelompok orang yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang
bermain bola bersama. Hal ini merupakan sesuatu yang jarang kami temukan di
kota-kota besar. Mereka bermain bersama dan terlihat sangat menikmati permainan
bola tersebut . Namun, kami perhatikan disini terdapat sedikit sekali
anak-anak, terutama anak balita.
Sebagai
bekal untuk observasi awal, kami melakukan wawancara dengan Pa Uron (RT di Kampung Naga). Menurut
beliau, di Kampung Naga tidak terdapat sekolah PAUD atau TK, akan tetapi TK/ PAUD ada
didaerah atas. Rata-rata mata
pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Ketika musim tanam, para kepala rumah tangga
sibuk kesawah. Namun, ketika musim panen tiba, para ibu-ibu yang pergi kesawah
untuk memanen dan bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita akan mengajak
anak-anaknya pergi ke sawah. Sayangnya, saat kami berkunjung belum memasuki musim panen. Jadi, kami
tidak dapat menyaksikan langsung apa saja kegiatan anak-anak selama ibunya
memanen. Ada seorang anak(usianya sekitar 5 thn) yang kami amati kegiatannya
dipagi hari, anak tersebut menemani ibunya membuat kerajinan dari bambu sambil
bermain mobil-mobilan. Kebetulan anak tersebut sekolah PAUD pada siang hari
yaitu pada pukul 13.00 s/d selesai.
Penasaran
dengan kegiatan anak-anak lain yang berada di kampung Naga, kamipun berkeliling
pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.30. Namun, kami tidak menemukan satupun
anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional dsb. Ada 3-4 orang anak
yang sedang berada di depan rumah masing-masing sedang bermain mobil-mobilan,
motor-motoran(mainan pabrik). Lalu, bagaimana cara para orang tua di kampung
naga mendidik anak-anak usia dini?
Menurut
Pa Uron, untuk mendidik anak-anaknya terutama agar tetap menjaga kebudayaan
disana para orang tuanya cukup menggunakan kata “Pamali” atau yang berarti
tidak boleh untuk melarang anak-anaknya melakukan sesuatu yang tidak
diperbolehkan atau yang menjadi pantangan dalam adat-istiadat. Kata-kata itu
merupakan ”senjata”
yang paling ampuh untuk mendisiplinkan anak-anaknya.
Masih
menurut Pa Uron, berikut ini adalah bentuk Pendidikan anak yang dilakukan di
kampung naga untuk menstimulasi perkembangan anak baik jasmani maupun rohainya
:
1. Nilai Agama dan Moral
Yaitu
melalui Kegiatan- Kegiatan pembiasaan di rumah seperti pengajian malam bersama
ibu atau rama (ayah) masing-masing, pengajian bersama dengan guru ngaji mulai
umur 3 tahun keatas, sekolah agama mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.
2. Kognitif
Dikarenakan di dalam area kampung naga memang tidak ada
sekolah, anak- anak harus berjalan menaiki 439 anak tangga baru bisa sampai ke
sekolah.
Melalui
sekolah agama dari kelas 1-6 SD, orangtua juga selalu mengajak anak- anak untuk
ikut membantu pekerjaan
mereka sepulang sekolah agar anak juga bisa melanjutkan kegiatan yang dilakukan
oleh orangtua pada setiap harinya.
3. Bahasa
Bahasa
yang digunakan oleh warga kampung naga untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Sunda karena kampung ini
terletak di daerah parahyangan Jawa
Barat yang bahasa
aslinya adalah bahasa Sunda.
Untuk
mengajarkan bahasa pada anak, orang tua mengajarkan dengan sistem error-correct.
Dimana ketika anak salah mengucapkan kata-kata orang tua langsung memberikan
koreksi atau menyebutkan kata-kata yang benarnya.
4. Fisik Motorik
Permainan
tradisional merupakan salah satu alat terbaik untuk menstimulasi kemampuan
fisik-motorik anak. Permainan tradisional yang berada dikampung naga
diantaranya adalah 1). Gatrik, 2). Gampar, 3). Beklas , 4). Congklak dan 5). Kasti. Dalam permainan tradisional
ini, terdapat perbedaan permainan antara permainan anak laki-laki dan perempuan.
Anak-anak perempuan cenderung bermain permainan yang banyak melatih kemampuan
motorik halus, seperti congklak dan beklas sedangkan anak laki-laki cenderung
bermain permainan yang melatih kemampuan motorik kasar seperti gatrik, gampar, dan kasti.
5. Sosial- Emosional
Anak- anak warga kampung adat kampung naga
sudah terbiasa dengan kehadiran/ kedatangan orang baru kedalam area kampung,
dan mereka dapat bersosialisasi dengan baik saat bertemu dengan orang baru.
Berdasarkan
data diatas, kami menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini dikampung naga
sudah cukup baik. Namun, akan lebih baik
lagi jika terdapat penyuluhan
yang diberikan kepada para orangtua disana dalam
mengembangkan seluruh aspek
yang sedang berkembang pesat pada
anak usia dini agar pertumbuhan
anak-anak menjadi lebih
optimal.
catatan diatas merupakan hasil observasi antara saya dan dua orang kawan saya yaitu Uthe dan Fransisca. Semoga suatu saat nanti kami dapat mengunjungi daerah lain. Aamiin. Akhir kata, semoga catatan kami diatas dapat memberikan manfaat untuk Anda para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar