Selasa, 15 September 2015

Pendidikan Anak Usia Dini di Kampung Naga



Pendidikan Anak Usia Dini di Kampung Naga

Saat kami berkunjung kampung naga dan tiba di kampung naga (setelah selesai menuruni anak tangga yang berkelok-kelok) hal yang menarik perhatian kami salah satunya adalah sekelompok orang yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa yang bermain bola bersama. Hal ini merupakan sesuatu yang jarang kami temukan di kota-kota besar. Mereka bermain bersama dan terlihat sangat menikmati permainan bola tersebut . Namun, kami perhatikan disini terdapat sedikit sekali anak-anak, terutama anak balita.
Sebagai bekal untuk observasi awal, kami melakukan wawancara dengan Pa Uron (RT di Kampung Naga). Menurut beliau, di Kampung Naga tidak terdapat sekolah PAUD atau TK, akan tetapi TK/ PAUD ada didaerah atas.  Rata-rata mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Ketika musim tanam, para kepala rumah tangga sibuk kesawah. Namun, ketika musim panen tiba, para ibu-ibu yang pergi kesawah untuk memanen dan bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita akan mengajak anak-anaknya pergi ke sawah. Sayangnya, saat kami berkunjung belum memasuki musim panen. Jadi, kami tidak dapat menyaksikan langsung apa saja kegiatan anak-anak selama ibunya memanen. Ada seorang anak(usianya sekitar 5 thn) yang kami amati kegiatannya dipagi hari, anak tersebut menemani ibunya membuat kerajinan dari bambu sambil bermain mobil-mobilan. Kebetulan anak tersebut sekolah PAUD pada siang hari yaitu pada pukul 13.00 s/d selesai.
Penasaran dengan kegiatan anak-anak lain yang berada di kampung Naga, kamipun berkeliling pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.30. Namun, kami tidak menemukan satupun anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional dsb. Ada 3-4 orang anak yang sedang berada di depan rumah masing-masing sedang bermain mobil-mobilan, motor-motoran(mainan pabrik). Lalu, bagaimana cara para orang tua di kampung naga mendidik anak-anak usia dini?
Menurut Pa Uron, untuk mendidik anak-anaknya terutama agar tetap menjaga kebudayaan disana para orang tuanya cukup menggunakan kata “Pamali” atau yang berarti tidak boleh untuk melarang anak-anaknya melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan atau yang menjadi pantangan dalam adat-istiadat. Kata-kata itu merupakan ”senjata” yang paling ampuh untuk mendisiplinkan anak-anaknya.
Masih menurut Pa Uron, berikut ini adalah bentuk Pendidikan anak yang dilakukan di kampung naga untuk menstimulasi perkembangan anak baik jasmani maupun rohainya :
1.      Nilai Agama dan Moral
Yaitu melalui Kegiatan- Kegiatan pembiasaan di rumah seperti pengajian malam bersama ibu atau rama (ayah) masing-masing, pengajian bersama dengan guru ngaji mulai umur 3 tahun keatas, sekolah agama mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.

2.      Kognitif
Dikarenakan  di dalam area kampung naga memang tidak ada sekolah, anak- anak harus berjalan menaiki 439 anak tangga baru bisa sampai ke sekolah.
Melalui sekolah agama dari kelas 1-6 SD, orangtua juga selalu mengajak anak- anak untuk ikut membantu pekerjaan mereka sepulang sekolah agar anak juga bisa melanjutkan kegiatan yang dilakukan oleh orangtua pada setiap harinya.

3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh warga kampung naga untuk berkomunikasi  sehari-hari adalah bahasa Sunda karena kampung ini terletak di daerah parahyangan Jawa Barat yang bahasa aslinya adalah bahasa Sunda.
Untuk mengajarkan bahasa pada anak, orang tua mengajarkan dengan sistem error-correct. Dimana ketika anak salah mengucapkan kata-kata orang tua langsung memberikan koreksi atau menyebutkan kata-kata yang benarnya.

4.      Fisik Motorik
Permainan tradisional merupakan salah satu alat terbaik untuk menstimulasi kemampuan fisik-motorik anak. Permainan tradisional yang berada dikampung naga diantaranya adalah 1). Gatrik, 2). Gampar, 3). Beklas , 4). Congklak  dan 5). Kasti. Dalam permainan tradisional ini, terdapat perbedaan permainan antara permainan anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak perempuan cenderung bermain permainan yang banyak melatih kemampuan motorik halus, seperti congklak dan beklas sedangkan anak laki-laki cenderung bermain permainan yang melatih kemampuan motorik kasar  seperti gatrik, gampar, dan kasti.

5.      Sosial- Emosional
Anak- anak warga kampung adat kampung naga sudah terbiasa dengan kehadiran/ kedatangan orang baru kedalam area kampung, dan mereka dapat bersosialisasi dengan baik saat bertemu dengan orang baru.
Berdasarkan data diatas, kami menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini dikampung naga sudah cukup baik.  Namun, akan lebih baik lagi jika terdapat penyuluhan yang diberikan kepada para orangtua disana dalam mengembangkan seluruh aspek yang sedang berkembang pesat pada anak usia dini agar pertumbuhan anak-anak menjadi lebih optimal.

catatan diatas merupakan hasil observasi antara saya dan dua orang kawan saya yaitu Uthe dan Fransisca. Semoga suatu saat nanti kami dapat mengunjungi daerah lain. Aamiin. Akhir kata, semoga catatan kami diatas dapat memberikan manfaat untuk Anda para pembaca. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar