Minggu, 13 September 2015

Model Pendidikan Froebel


MODEL PENDIDIKAN FROEBEL
A.      Sejarah Friederich Wilhem Froebel

     Froebel  lahir pada tahun 1782 di Oberweiszbach (Jerman). Ia berkarya sampai 1852. Froebel merupakan salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia dini, khususnya taman kanak-kanak. Usaha froebel yang dibanggakan adalah sebagai penggagas taman kanak-kanak atau kindergarten- chidren’s gardens dan beliau dikenali sebagai father of kindergarten. Walaupun Froebel banyak mempelajari visi kependidikan Pestalozzi, namun Froebel banyak memberikan critical thinking pada sekolah Pestalozzi terutama dari segi kurangnya keterpaduan model pelaksanaan pembelajaran. Pola pendidikan demokratis yang dikembangkannya banyak menimbulkan konfrontasi dengan pihak pemerintah sehingga ia dianggap sebagai pemberontak.
[Dikutip dari : Yus, Anita.(2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
       Pada tahun 1837 Froebel pindah ke Blankenburg, (Jerman) dan membuka Pendidikan Prasekolah yang beliau membuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak prasekolah. Dan pada tanggal 28 juni 1840 Froebel membuka sekolah taman kana-kanak yang pertama ditandai dengan adanya sebidang tanah dilingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara tananaman. Walaupun banyak tantangan (sampai ditutupnya lembaga pendidikan ini) tidak membuat Froebel patah semangat sehingga ia berniat untuk mengembangkan cita-citanya di Amerika. Namun sebelum cita-cita ini terealisasi ia meninggal pada tahun 1852.

B.     Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan.

C.  Prinsip Umum dari model Pembelajaran Froebel
a.       Kurikulum
Dalam pendidikan ini Froebel   menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terencana dan sistematis.
Dasar kurikulum Froebel adalah : GifT dan Occupation.
·    Gift adalah objek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan  instruksi dari guru. Anak dapat belajar tentang bentuk, warna, ukuran serta konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membandingkan, dan membedakan.
Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang didalamnya terdapat bermacam-macam  barang  yang  akan  menolong  anak untuk  secara bertahap belajar, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada yang makin kompleks.

·        Occupations
Adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi keterampilan yang utama adalah psikomotor melalui aktivitas: menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membuat lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel, dan melipat kertas.
b.       Pembelajaran
Frobel (Yus, 2011:6) mengemukakan bahwa ada 3  prinsip dalam  pembelajaran, yaitu:
·      pertamapengembangan autoaktivitas. Anak didik pada dasarnya merupakan individu yang aktif. Bila anak belum menunjukkan aktivitas perlu di dorong untuk aktif sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan (pekerjaan) yang produktif.
·      Keduakebebasan atau suasana merdeka. Autoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan kesempatan sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak.
·      Ketiga, pengamatan dan peragaan. Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak. 
c.         Sarana
Sarana yang digunakan oleh Froebel adalah kotak kayu yang berjumlah 6 buah, dengan masing-masing kotak berisi barang-barang dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Ada 6 gifs, yaitu:
·      Gift 1 – kotak kayu berisi 6 bola dari benang wol berwrna, merah, kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong belebas kayu pendek yang sudah dilubangi -> anak belajar tentang konsep warna (dasar dan sekunder) dan belajar ‘melakukan sesuatu” dengan benda-benda tersebut.
·      Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol diganti dengan benda-benda yang bentuknya berbeda-beda, ada silinder, kubus dan bola. -> anak belajar sifat khas setiap benda dan cara memanfaatkannya secara kreatif melalui bermain yang terpimpin bersama guru.
·      Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama besarnya yang membentuk sebuah kotak kubus yang besar. -> anak belajar menghitung, belajar tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan.
·       Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang sama besar, empat balok persegi empat -> anak belajar walaupun benda-benda tersebut tidak sama bentuk dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu kubus yang besar.
·      Gift 5 – Bentuk kubus masih ada tetapi kali ini bentuknya lebih majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua agar membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk 4 segitiga -> anak belajar tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks.
·      Gift 6 – Kotak berbentuk kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus atau bagian-bagain yang dapat dijadikan kubus -> menuntut pemahaman dan ketrampilan anak.
Sarana untuk Occupation adalah: kertas lipat, gunting, lem, bentuk-bentuk geometri, papan jahitan, roncean, pensil, dll.
d.      Evaluasi
Sistem evaluai yang digunakan dalam model pembelajaran Froebel adalah sistim ulangan/tes.

C.     Asumsi dan teori Froebel
            Pandangannya tentang anak banyak dipengaruhi oleh Pestalozi serta para filsuf Yunani. Masa kecilnya yang akrab dengan lingkungan gereja telah membentuk pandangan hidupnya. Menurut Froebel, seluruh alam ini berasal dari Tuhan, dikuasai oleh tuhan dan menuju kepada Tuhan. Froebel beranggapan bahwa baik manusia maupun alam mereflesikan suatu unitas dengan Tuhan. Pandangannya ini   sebagai prinsip unitas (the principles of unity).
            Froebel memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan dikembangkan.
Froebel menginginkan pendidikan yang harmonis, karena menurut pandangannya mendidik merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan manusia secara utuh. Sesuai dengan pandangannya, Froebel berkeyakinan bahwa jika seorang dewasa mampu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan mendirikan sebuah “taman” yang membantu anak  berkembang secara optimal, maka anak akan berkembang secara wajar.
Ia menggunakan “taman” sebagai simbol dari pendidikan anak.
D.     Tahap-tahap Perkembangan Menurut Froebel
Ada tiga tahap perkembangan  yaitu, sebagai berikut :
a.       Tahap Bayi ( masa ketergantungan)
Pada bagian ini Froebel menamakannya sebagai tahap “ Pendahuluan” bagian dasar pendidikan. Pada tahap ini orang tua dituntut untuk aktif dan orang tua harus memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukan tindakan atau gerakan seperti menangis, hal itu perlu dilakukan untuk sang bayi agar terjadi kesatuan baru yaitu pertumbuhan batin dimana sang bayi akan menghormati orang yang ada disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan saungling yaitu menghisap (oral), oleh karena itu orang yang berada disekitar bayi tersebut mampu mengembangkan lingkungan yang sehat, aman, menarik dan murni. Selain itu Froebel juga sangat menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diperhatikan mulai dari bayi tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga saat bayi tersebut ada dalam pangkuan ibu.

b.      Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)
Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan, karena pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan kata benda. Namun demikian, kata yang pertama diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai bermain, karena menurut Froebel bemain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi oleh karena itu ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya.
c.       Masa anak tanggung ( masa untuk Belajar)
Dalam bagian ini anak sudah mulai mendapat pendidikan secara Formal dan sistematis baik itu dibawah bimbingan guru maupun dibawah bimbingan orang tua. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu alangkah baiknya jika orang tua memperhatikan apa yang dikerjakan anak dan memberikan dukungan dan apabila pekerjaan tersebut selesai maka orang tua selayaknya memuji pekerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.
E.      Syntax (langkah-langkah Pembelajaran)
a.       Pembukaan/introduction: berdo’a, hafalan, mengucapkan syair secara bersama-sama
b.      Apersepsi/connecting: bercakap-cakap
c.       Kegiatan/apply: swakaji :
ü  Bermain
ü  Menyanyi
ü  Menggambar
ü  Memelihara tanaman dan binatang kecil
ü  Beranjangsana
ü  Bercerita
ü  Belajar pola.
d.      Refleksi : anak melaporkan apa yang telah dilakukannya baik lisan maupun tertulis.
e.        Evaluasi: latihan-latihan dan ulangan 
F.       Sistim Sosial
            Interaksi sosial guru dan murid dalam pembelajaran model Froebel adalah student centered, karena dalam pembelajaran ini muridlah yang banyak melakukan kegiatan/aktifitas melalui kegiatan bermain.
G.      Interaksi guru-anak
            Disini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk mempersiapkan pengalaman belajar, merencanakan pengalaman belajar selengkap mungkin, mengevaluasi rencana itu demi pengalaman belajar yang lebih dalam bagi si anak didik.
Interaksi antara guru dan murid ini, guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator.
H.     Sistem Penunjang
            Sistem penunjang dalam model pembelajaran Froebel adalah sekolah  sebagai sebuah taman. Dimana sekolah harus bisa mengembangkan semua potensi anak, sekolah sebagai tempat yang menyenangkan buat anak-anak dalam mengembangkan potensinya dan sebagai  tempat  untuk bermain.
.
           


  
DAFTAR PUSTAKA
Hashim dan Chelah. (2003). Panduan Pendidikan Prasekolah. Kuala Lumpur: PTS                  Publication & Distributors Sdn. Bhd.
Yus, Anita.(2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Wikipedia.(-). “Friederich Wilhelm August Fröbel”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Frederick-Froebel-Bardeen.jpeg .[8 Februari 2013].
Wikipedia.(-). “Riwayat Hidup”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Fr%C3%B6bel. [8 Februari 2013].
Wahyu. (2012). Pendidikan Menurut . Friederich Wilhelm Froebel”. [Online]. Tersedia : http://wahyuandinugrohoa7x.blogspot.com/2012/05/pendidikan-menurut-friederich-wilhelm.html. yang di rekam  pada mei 2012  22.07  GMT. [8 Februari 2013].
Masitoh, Dra, dkk, (2005) Pendekatan Belajar Aktif di Taman kanak-Kanak, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta
Masitoh, Dra, dkk (2008) Strategi Pembelajaran TK, Universitas Terbuka, Jakarta
Masitoh, Dra, dkk, (2005) Pendekatan Belajar Aktif di Taman kanak-Kanak, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakart
Masitoh, Dra, dkk (2008) Strategi Pembelajaran TK, Universitas Terbuka, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar