Minggu, 13 September 2015

MODEL PEMBELAJARAN CCCRT/BCCT


MODEL  PEMBELAJARAN CCCRT/BCCT

A.    Tujuan Model Pembelajaran CCCRT/BCCT
Tujuan metode pembelajaran BCCT, antara lain :
1.     Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( multiple Inteligent) melalui bermain yang terarah.
2.     Menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk saling aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri    (bukan   sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghapal).
3.     Menggunakan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra- sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama guru, sehingga lebih mudah diikuti terutama untuk para pemula.
4.     Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan sisiwa bekeja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke sisiwa. strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
5.     Siswa dapat mengerti apa makan belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti.
6.     Memposisikan guru hanya sebagai pengarah dan pembibing atau inspirator, bukan sebagai center, dan penceramah dalam strategi belajar.
7.     Meletakkan pendidikan dasar keimanan, ketakwaan serta seluruh aspek keperibadian (ESQ) yang diperlukan anak didik dalam menyesuikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuh kembangan selanjutnya.
8.     Terjalin kerja sama, saling menunjuang antara siswa dengan sisiwa, dan siswa dengan guru, sehingga menyebabkan sisiwa kretis dan guru kreatif.
Membuat situasi belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa dapat belajar sampai tingkatan “Joy Of Discovery”, tertantang untuk dapat memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.

B.    Asumsi Teoritik
1.     Pengertian BCCT
Dalam paud anakceria, dikemukakan bahwa “BCCT atau Beyond Center and Circle Time adalah suatu konsep belajar yang difokuskan agar guru sebagai pendidik menghadirkan dunia nyata di dalam kelas dan mendorong anak didik membuat pengetahuan antara pengetahuan, pengalaman dan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga anak mampu menemukan pengetahuannya sendiri dan bukan hanya mencontoh apa yang dilakukan guru”. Selain itu, dalam blog paudanakceria, dikemukakan pula bahwa metode ini memandang bermain sebagai wahana yang paling tepat dan satu-satunya wahana pembelajaran anak, karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berfikir aktif dan kreatif. http://paudanakceria. wordpress.com /2011/08/05/refreshing-pendekatan-bcct/
Disamping itu, Wardani menyatakan bahwa “BCCT dalam prakteknya merupakan pemusatan kegiatan dengan bermain dengan sistem sentra dan didalam lingkaran.” Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diatur dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Pembelajaran berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja. http:// aluswahcenter. wordpress.com /2009/03/07/ metode-beyond-center-and-circle-time-bcct-untuk-pendidikan-paud/
2.     Ciri-Ciri Model Pembelajaran CCCRT/BCCT
Ciri-ciri dari Model Pembelajaran CCCRT/BCCT, antara lain :
1.     Pembelajarannya berpusat pada anak.
2.     Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting
3.     Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri.
4.     Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator.
5.     Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat.
6.     Memiliki standart operasional prosedur yang baku.

C.    Prinsip dan Konsep Umum
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pendekatan dalam Konsep dasar dalam BCCT yang digunakan adalah berpusat pada anak (child centered approach) yang mencakup 3 prinsip yaitu prinsip PAUD, prinsip perkembangan, prinsip pendekatan Sentra dan Lingkaran.
1.     Prinsip PAUD
a.      Berorientasi pada kebutuhan anak secara individu.
b.     Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
c.      Merangsang kreativitas dan inovasi, tercermin pada kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan konsentrasi.
d.     Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar yang menarik dan menyenangkan.
e.      Mengembangkan kecakapan hidup anak.
f.       Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar.
g.      Dilaksanakan secara bertahap dan berulang yang mencakup semua aspek perkembangan.
2.     Prinsip Perkembangan Anak
a.      Anak belajar bila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasa aman dan nyaman dalam likungannya.
b.     Anak belajar terus-menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep hingga membuat sesuatu berharga.
c.      Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya.
d.     Minat dan ketekunan anak memotivasi belajar anak.
e.       Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan individu.
f.       Anak belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks, yang kongkrit ke abstrak dan dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain.
3.     Prinsip Pendekatan Sentra dan Lingkungan
a.      Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik.
b.     Setiap proses pembelajaran harus ditujuan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan majemuk) melalui bermain yang terencana dan terarah disertai dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan.
c.      Menggunakan standar operasional baku (sob) dalam proses pembelajaran: (1) pendidik menata likungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak; (2) ada pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan menyambut kedatangan anak serta mempersilahkan bermain bebas (waktu untuk penyesuaian); (3) Seluruh anak mengikuti main pembukaan; (4) pendidik memberi waktu anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergilir / antri (pembiasaan antri); (anak masuk kekelompok masing-masing dibimbing pendidik; (5) Pendidik duduk bersama anak membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum bermain; (7) Pendidik memberi cukup waktu kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu.; (8) Selama anak berada di sentra, pendidik secara bergilir memberikan pijakan kepada setiap anak; (9) Pendidik bersama anak membereskan peralatan dan tempat main; (10) pendidik memberikan waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran; (11) pendidik dan anak duduk dalam lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main; (12) pendidik bersama anak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat); (13) kegiatan penutup; (14) anak-anak pulang secara bergilir; (15) Pendidik membereskan tempat dan mengecek catatan dan kelengkapan administrasi; (16) Pendidik melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari; (17) pendidik pulang. http://dyah-kusbiantari.blogspot.com/2012_03_01_archive.html.

D.  Analisis terhadap Model
v Syntax
1.   Penataan Lingkungan Main.
a.   Sebelum anak datng, pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang dibinanya.
b.   Pendidik menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya.
c.   Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.
2.   Penyambutan Anak
        Sambil menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seseorang pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-anak langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya para orangtua/pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak.
3.   Main Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)
            Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional, gerak dan music, atau sebagainya. Satu kader yang memimpin, kader lainnya jadi peserta bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main pembuka berlangsung sekitar 15 menit.
4.   Transisi 10 Menit
a.   Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilahkan untuk minum atau ke kamar kecil.
b.   Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing pendidik siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.
5.   Kegiatan Inti Di Masing-Masing Kelompok
a.   Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit)
1).      Pendidik dan anak didik duduk melingkar.
2).      Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen).
3).      Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan memimpin doa hari ini
4).      Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.
5).      Pendidik membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah membaca selesai, kader menanyakan kembali isi cerita.
6).      Pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan anak.
7).      Pendidik mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan.
8).      Dalam memberi pijakan, pendidik harus mengaitkan kemampuan apa yang diharapkan muncul pada anak,sesuai dengan rencana belajar yang sudah disusun.
9).      Pendidik menyampaikan bagaimana aturan main, memilih teman bermain, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.
10).  Pendidik mengatur teman main dengan member kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya.
11).  Setelah anak siap untuk main, pendidik mempersilahkan anak untuk mulai bermain.
b.   Pijakan pengalaman selama anak main (60 menit)
1). Pendidik berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain.
2). Member contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat.
3). Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak.
4). Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak.
5). Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
6). Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya.
7). Mencatat yang dilakukan anak.
8). Mengumpulkan hasil kerja anak.
9). Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan.
c.   Pijakan pengalaman setelah main
1).   Bila waktu main habis, pendidik memberitahukan saatnya membereskan.
2).   Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik bisa membuat permainan yang menarik agar anak ikut membereskan.
3).   Saat membereskan, pendidik menyiapkan tempat yang beerbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan tempatnya.
4).   Bila bahan main sudah dirapikan kembali, satu orang pendidik membantu anak membereskan baju anak, sedangkan kader lainnya dibantu orangtua membereskan semua mainan hingga semuanya rapi di tempatnya.
5).   Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama pendidik.
6).   Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya.
d.   Makan Bekal Bersama(15 menit)
1).   Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama.
2).   Sebelum makan bersama, pendidik mengecek apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau member makan pada temannya.
3).   Pendidik memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik.
4).   Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tatacara makan yang baik.
5).   Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang bungkus makanan ke tempat sampah.
e.   Kegiatan Penutup
1).   Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyampaikan rencana kegiatan minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama dirumah masing-masing.
2).   Pendidik meminta anak yang sudah besar secara bergiliran untuk memimpin doa penutup.
3).   Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia atau cara lain untuk keluar dan bersalaman terlebih dahulu.
v  Sistem sosial yang diharapkan dalam model
1).      Anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
2).      Anak dapat bekerjasama dengan teman-temannya.
3).      Anak dapat mengerti dan memahami makna setiap kejadian atau peristiwa dari apa yang dialaminya.
v  Prinsip-prinsip reaksi murid dan guru
a.    Reaksi Murid
1).      Anak dapat memusatkan perhatiannya pada saat proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
2).       Mengembangkan seluruh aspek serta potensi yang di miliki anak.
b.    Reaksi Guru
1).      Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkan pengetahuannya.
2).      Guru wajib memfasilitasi agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
3).      Guru harus kreatif dan mempunyai keterampilan untuk menjawab imajinai anak yang sangat beragam.
4).      Guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat membantu mengembangkan daya kreatifitas anak.
5).      Guru sebagai pengarah, pembimbing dan inspirator.
v  Sistem penunjang yang diharapkan
Ø  Metode SELING dirancang dalam bentuk sentra-sentra. Misal ; sentra Alam, sentra bermain peran Mikro, sentra bermain peran Makro, sentra Rancang bangun, sentra Persiapan, sentra imtaq, sentra seni & Kratifitas, sentra Musik & Olah Tubuh, sentra IT dll
Ø  Setiap guru bertanggung jawab pada 10 murid saja dengan moving class, sesuai dengan sentra gilirannya
Ø  Metode BCCT ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (Multiple Intelligences)
Ø  Metode BCCT memandang bermain sebagai wahana yang paling tepat dan satu-satunya wahana yang paling tepat diantara metode – metode yang ada, karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat m,kenjadi wahana untuk berfikir aktif, kreatif dan bertanggung jawab.

















Daftar Pustaka :
Aluswah. 2009. Metode Beyond Center and Circle Time (BCCT) untuk Pendidikan PAUD. [Online]. Tersedia : http:// aluswahcenter. wordpress.com /2009/03/07/ metode- beyond- center- and- circle- time- bcct- untuk- pendidikan- paud/ (09 Februari 2013)
Kusbiantari, Dyah. 2013. Metoda Pengajaran AUD. [Online]. tersedia http://dyah-kusbiantari.blogspot.com/2012_03_01_archive.html. (09 Februari 2013)

Tn. 2011. Refreshing : PROSES BELAJAR YANG MENYENANGKAN. [Online]. Tersedia : http:// paudanakceria. wordpress. com /2011/08/05/ refreshing-pendekatan-bcct/ (10 februari 2013)

Wardani, Dwi Nova. 2009. Metode Beyond Center and Circle Time untuk Pendidikan Paud. [Online]. tersedia : http:// aluswahcenter. wordpress.com /2009/03/07/ metode- beyond- center- and- circle- time- bcct- untuk- pendidikan- paud/ (09 Februari 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar